Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Seks Ngentot Sekretaris Baru dan Adiknya yang Hot

 


Saya merupakan karyawan di sebuah perusahaan swasta di kawasan Kuningan, Jakarta.

Perusahaan tempat saya bekerja bergerak dalam bidang ekspor impor, di perusahaan tersebut saya memiliki sebuah jabatan yang cukup membuat iri bagi rekan kerja saya di perusahaan tersebut.

Dalam umur 27 tahun saya sudah menjabat kedudukan sebagai Direktur utama di perusahaan tersebut. Meskipun demikian, saya masih tak ingin mencari calon istri. Saya masih ingin merasakan kehidupan saya sebagai laki laki lajang yang sukses dengan segala apa yang saya miliki. Segala yang saya inginkan dapat dengan mudah saya miliki.

Saya tinggal disebuah perumahan yang cukup elite untuk warga Jakarta yang mengetahuinya. Menteng.

Sesehari dirumah hanya di temani oleh 2 pembantu yang mengurusi segala kebutuhan saya sehari hari.

Pengalaman sex ini saya dapatkan ketika saya mencari seorang sekretaris untuk membantu saya dalam menyelesaikan pekerjaan saya di perusahaan tersebut.

Mungkin kriteria saya dalam memilih seorang sekretaris sama dengan banyak laki laki lajang pada umumnya di kota jakarta ini. Kecantikan adalah utama, kulit putih bersih, paras yang ayu, serta mungkin kemolekan atas lekuk tubuhnya.

“Iya… masuk.” Terdengar ketukan diluar pintu ruangan saya.

“Maaf pak. Apakah bapak mau memulai untuk menyeleksi calon sekretaris.”

“Hmmm… suruh masuk.” Perintah Deni tanpa menoleh kepada bawahannya.

Beberapa saat kemudian terdengar kembali suara ketukan di pintu ruangan tersebut.

“Masuk…”

“Siang pak…”

“Hmmm… silahkan perkenalkan siapa kamu.” Sahut Deni tanpa terlalu memperdulikan kehadiran calon pelamar tersebut di hadapannya yang masih berdiri.

“Tolong sebutkan nama kamu… umur kamu… sekarang kamu tinggal dimana… dan apa pendidikan terakhir kamu serta dari universitas mana.” Tanya kembali Deni yang tak memperdulikan wanita yang kini duduk di depan mejanya.

“Nama saya Nina Pradipta, saat ini saya berusia 21 tahun. Saya tinggal di perumahan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur. Saya merupakan Lulusan D3 jurusan sekretaris pada universitas Swasta Trisakti.” Jawab Nina dengan lancar tanpa merasa gugup bila sedang interview.

Saat itu Nina mengenakan baju yang sungguh menawan. Blazer hitam dipadu kemben putih tanpa memakai Bra yang menahan buah dada yang berukuran 36B hingga terlihat jelas sekali terbentuk puting susunya pada pakaiannya.

Rok ketat pendek yang memamerkan kemulusan kulit pahanya yang putih, seakan memancing setiap tangan untuk menjamah serta merasakan kehalusannya. Dengan postur tubuh sekitar 170 cm yang cukup tinggi bagi wanita seperti Nina.

Terkadang banyak sahabatnya yang bertanya kepadanya, mengapa ia lebih memilih untuk menjadi seorang sekretaris dibandingkan menjadi seorang model karena Nina memiliki segala kriteria seorang model papan atas. Paras wanita indo antara Belanda-Jawa.

Bola mata coklat dipadu dengan Rambut berombak merah bata sepunggung, kulit putih bersih. Memiliki leher yang jenjang, dengan sedikit rambut halus yang tumbuh di lehernya. Lekukan tubuh yang mengiurkan setiap mata yang memandang.

Seakan akan mengundang terjangan setiap laki laki yang memandangnya bila sedang berjalan. Memang selama ini Nina sangat menjaga kebugaran tubuhnya dengan erobik rutin di sebuah gym Selebritis Fitnnes dibilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Sepintas Deni tertuguh dengan hadirnya bidadari yang berdiri dihadapannya saat itu. Tanpa kembali memperdulikan fresh news yang paling ia suka bila membuka forum.

Tatapannya bagaikan menelanjang Nina, menatap dan menilai setiap lekukan tubuh Nina saat itu.

“Pak… apakah ada yang salah dengan pakaian yang sekarang saya kenahkan. Apakah bapak kurang berkenan dengan pakaian ini.” Tutur Nina setelah menyadari tatapan Deni yang menatapnya dari ujung kaki hingga ujung rambut.

“Ooh… tidak tidak ada yang salah, hmmm… saya suka dengan penampilan kamu… apakah kamu sudah berkeluarga saat ini.” Tanya Deni yang ingin mengetahui status pelamarnya saat itu.

“Belum pak… Saat ini saya ingin memfokuskan untuk karier saya, oleh karena itu saya tidak ingin menjalin sebuah hubungan dengan siapapun.” Jawab Nina dengan menundukkan wajahnya menatap ke bawah karena malu atas pertanyaan itu. Atau mungkin karena malu atas tatapan Deni yang terus menatapnya.

“Selain kemampuan dibidang kesektretarisan. Kamu memiliki kemampuan apa lagi. Mungkin ini agak mengherankan, namun ini sebetulnya sangat diperlukan sekali bagi seorang sekretaris saya.”

“Hmmm… dilain bidang kesekretarisan… mungkin saya juga bisa memberikan sesuatu yang lebih untuk bapak… namun bila bapak juga mengingginkannya.”

Perlahan Nina berjalan mendekati tempat Deni, dengan menampilkan paras muka nakalnya Nina membuka retsleting celana Deni dan mengeluarkan naga saktinya keluar dari sarangnya. Di genggamnya batang kemaluan Deni dengan jari jari lentiknya.

Perlahan dikocok kocok batang kemaluan itu naik turun seirama. Sesekian detik kemudian naga yang tertidur itu terbangun dan mengeliak dengan urat urat yang menonjol di tubuhnya.

Dengan lidah nakalnya Nina memulai permainannya dengan menjilat kepala kemaluan yang ia genggam itu. Memasukkan kemaluan Deni dengan diameter cukup besar dan panjangnya sekitar 17 – 20 sentimeter itu ke dalam mulutnya.

Dengan lahap Nina menelan habis batang kemaluan itu. Mengoral dengan menaik turunkan sambil tangan sebelah kanannya membelai kantung kemenyan Deni.

Merasa kemaluannya sedang di oral oleh Nina dengan nikmatnya, tangan sebelah kanan Deni pun turun mencari bongkahan buah surga yang menjulang mengemaskan ke dalam genggaman tangannya yang kekar berotot itu.

Merasa tak ingin sensasi ini terganggu, Deni melepaskan genggaman buah dada Nina yang kini telah mengelantung di luar baju dalamnya dan mengapai telphonenya serta memberitahukan bawahannya bahwa untuk saat ini ia tak ingin diganggu serta memberitahukan bahwa ia telah menerima Nina sebagai sekretarisnya yang baru.

Saat ini ia memberitahukan juga bahwa ia sedang memberikan tugas kepada Nina tentang tugas tugasnya sebagai sekretarisnya.

Setelah menaruh kembali gagang telphone tersebut Deni kembali mencari mainannya yang tadi sempat tertunda.

Kemudian Nina melepaskan kulupannya dan menanyakan kemungkinan apakah Deni mengingginkan sensasi yang lebih dari permainan ini dan yang merupakan tanda terima kasih karena ia telah diterima untuk bekerja di perusahaan ini.

Nina duduk di atas meja kerja Deni dan merenggangkan kedua kakinya tepat dihadapan Deni yang menampilkan celana dalam putih dengan model renda.

Menurunkan celana dalam berendanya yang membungkus lipatan gundukan daging montok itu dihadapan Deni yang mulai terpanah dengan pemandangan yang kini ia saksikan.

Tak ingin berlama lama memandangnya. Deni langsung memendamkan kepalanya di dalam selangkangan Nina dan melahap harumnya liang kemaluan Nina yang terawat itu.

Ternyata selain merawat kebugaran tubuhnya. Nina juga tak lupa merawat liang kewanitaannya dengan segala ramuan ramuan tradisional yang berasal dari ibunya yang keturunan orang Jawa.

Keharuman terpancar di dalam selangkangannya, memberikan sejuta rangsangan terhadap Deni.

“Sshhhhh…. mmmmm….” rintih Nina mendahakkan kepalanya menatap ke atas menikmati setiap jengkal jilatan Irawan terhadap vaginanya.

Sluup… sluup… terdengar suara jilatan Deni yang sedang menikmati.

“Sssshhh…. Pak. Ooohh….” erang kembali Nina saat Deni memainkan klitorisnya dan mengigit halus serta menekan nekan kepala Deni tanpa memperdulikan bahwa Deni adalah atasannya saat itu.

Jilatan demi jilatan menjelajahi vagina Nina, hingga tak sanggup lagi Nina menahan lebih lama rasa yang ingin meledak didalam dirinya.

Nafas yang makin memburu… sahut menyahut didalam ruangan yang cukup besar itu. Beruntung ruangan Deni kedap suara, jadi tak khawatir sampai terdengan oleh karyawannya di luar sana.

Beberapa menit kemudian Nina mengejang sambil mendesah keras serta meluruskan kedua kakinya yang jenjang itu lurus tepat di belakang kepala Deni yang sedang terbenam menjilati bongkahan vagina Nina.

Akhirnya Nina mencapainya dengan keringat disekujur tubuhnya. Meskipun ruangan tersebut Full AC namun Nina masih merasa kepanasan di sekujur tubuhnya saat itu. Mungkin karena pengaruh hawa nafsu yang kini menjalar didalam dirinya atas rasa yang baru kali ini ia dapatkan.

Masih dengan posisi Nina duduk di atas mejanya. Deni membuka seluruh celana serta celana dalamnya dan membebaskan sepenuhnya naga sakti yang ia banggakan itu.

Menyadari hal itu Nina menaikan lebih tinggi Rok ketatnya hingga ke pinggangnya yang ramping dan merenggangkan kedua pahanya yang siap akan dinikmati oleh atasan barunya.

Deni mengenggam batang kemaluannya dan mengosokannya diantara bibir vagina Nina yang telah basah bercampur liur Deni dan mani Nina yang tadi keluar.

Perlahan Deni menekan kepala kemaluannya ke dalam vagina Nina yang menantang ingin segera di ganjal oleh batang kemaluaan besar berurat Deni. Vagina yang hanya dihiasi bulu bulu halus berbentuk V diatas liangnya.

Semakin membuat gemas Deni yang memandangnya. Dengan dibantu Nina yang membuka kedua pahanya semakin lebar, mempermudah kemaluan Deni untuk segera menerobos masuk.

“Pak… plan… pelan Pak. Sakit.” Ujar Nina ketika merasakan mahkota keperwanannya ini akan segera dilahap oleh atasannya. Dengan mimik muka Nina yang mengigit bibir sensualnya.

“Tahan sebentar yah… setelah ini kamu akan merasakan sebuah sensasi yang tak mungkin kamu dapatkan ditempat lain selain dengan saya.

Nina hanya mengangguk kecil kepada Deni yang melanjutkan dorongannya untuk segera mendobrak pintu surganya yang masih rapat tertutup itu.

Dengan kedua tangan yang memegang kedua sisi meja Deni, Nina menahan dorongan Deni yang terus berusaha.

Akhirnya usahanya membuahkan hasil. Kepala kemaluannya memasuki vagina Nina perlahan lahan dan semakin dalam. Setelah terasa seluruh dari batang kemaluannya masuk semua. Deni tak langsung menariknya kembali.

Sesaat didiamkan dulu batang kemaluannya didalam vagina sempit Nina yang perawan itu. Menikmati remasan remasan otot vagina Nina terhadap batang kemaluannya.

Sensasi wajah Nina yang menahan sakit yang dirasakan semakin membuat Deni semakin meluap birahinya untuk lebih lanjut menyetubuhi Nina.

Pelan pelan Deni menarik kembali batang kemaluannya dari dalam vagina Nina dan hanya menyisakan kepalanya saja dan kembali menekan masuk terus dan berulang ulang hingga Nina merasakan birahinya kembali bangkit bersamaan dengan gesekan gesekan yang dibuat oleh Deni kepada liang kewanitaannya.

“Pak… lebih cepat dong pak dorongannya.” Ujar Nina meminta agar Deni semakin cepat memompa vaginanya.

Setiap tekanan yang dilakukan Deni terhadap vagina Nina, mengakibatkan klitorisnya ikut tergesek dan menimbulkan sensasi nikmat yang begitu indah.

Merasa Vagina Nina telah dapat menerima kehadiran batang kemaluannya yang besar ini, maka pompaan Deni pun semakin genjar keluar masuk kedalam vagina Nina.

Tak terasa pergumulan ini berlangsung selama 30 menit lamanya. Hingga Nina telah keluar sebanyak 4 kali.

“Pak… sssshhh…. please pak… nikmatnya batang kemaluan bapak ini. Trus pak….” desah Nina semakin mengila atas rasa yang ia dapatkan ini.

“Paaaakkk… Nina tidak kuat lagi…. Aaakkkhhh…”

Mendengar seruhan Nina yang sedikit lagi mencapai puncaknya, maka Deni pun tak ingin lebih lama lagi. Kali ini Deni ingin mengakhiri dengan bersama sama.

“Tahan sebentar Nina… kita sama sama keluarinnya. Jangan dikeluarin dulu… tahan.” Perintah Deni yang semakin genjar memompa vagina Nina yang tak memperdulikan perih yang dirasakan Nina pada bibir vaginanya yang semakin memerah itu.

Akhirnya….

“Aaaakkkhhh… Saaaarrraaah.” Erang Deni yang bersamaan dengan erangan Nina pada saat itu memanjang sambil saling berpelukan dalam dekapannya masing masing.

Seusai persenggamahan mereka. Nina bergegas mengenakan seluruh pakaiannnya dan merapikan pakaian yang agak lesuh itu karena pergumulannya dengan Deni atasan barunya.

Tak lupa Nina mengambil secarik Tissue basah dari tas kecilnya dan membersihkan vaginanya dari bekas bekas sperma yang di muncratkan Deni didalam liang kewanitaannya.

Sepulang kerja Deni menawarkan untuk mengantar sekretaris barunya Nina pulang ke rumahnya yang berada di perumahan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur.

Setibanya Nina dan Deni didepan rumahnya. Nina dikejutkan dengan hal yang membuat Nina untuk meninggalkan Deni sendiri dirumahnya bersama dengan adiknya Syfa. Kepergian Nina yang tiba tiba itu dikarena ada salah satu keluarganya yang sakit keras malam itu juga.

Dan Nina tak sungkan meminta pertolongan Deni untuk menunggunya di rumahnya bersama Syfa adiknya yang masih kuliah di Universitas Gunadarma. Karena mereka hanya tinggal bertiga di rumah itu, sedangkan ayahnya Nina telah meninggal dunia sekitar 4 tahun yang silam. Bersama dengan ibunya yang kini menjanda.

Dengan spontan Deni menawarkan Nina untuk mengunakan mobil Jaguarnya untuk menemani ibunya ke rumah saudaranya malam itu. Tawaran Deni pun tak sia sia kan. Nina bersama ibunya berangkat menuju rumah saudaranya yang berada cukup jauh dari tempat tinggalnya dengan mengunakan mobil Jaguar yang Deni tawarkan.

Kecantikan Syfa tak kalah dengan kecantikan kakaknya. Paras muka Syfa mungkin dapat dikatakan lebih menawan dan mempesona dibandingkan dengan kakaknya Nina. Dengan kulit yang sama putih serta berambut hitam lurus sebahu, dihiasi bibir dan mata yang menantang laki laki disekitar komplek perumahannya.

Postur tubuh Syfa lebih pendek dibandingkan dengan kakaknya. Sekitar 165 cm dengan sepasang buah dada berukuran 36 C lebih besar diatas kakaknya. Sepasang bongkahan pantat menawan yang dipadu dengan pinggulnya yang langsing.

Postur tubuh Syfa membuat Darah muda Deni kembali terbakar setelah mengetahui kemolekkan tubuh adik Nina ini.

“Mimpi apa aku kemarin malam… hingga hari ini aku dikelilingi oleh bidadari cantik seperti Nina dan Syfa. Sungguh beruntungnya diriku hari ini.” Kata Deni dalam hatinya. Ketika merasa keberuntungan berpihak kepadanya saat ini.

Pertama mendapatkan seorang sekretaris secantik Nina serta mendapatkan kenikmatan menyetubuhi Nina siang tadi didalam ruangannya.

“yuk masuk… kita tunggu mama dan kak Nina didalam saja.” “Oh yah, perkenalkan nama saya Syfa, umur saya 20 tahun nanti bulan depan. Syfa panggil siapa yah sama….” Oceh Syfa yang terus menerus sambil berjalan kedalam rumahnya.

“Nama saya Deni Direktur disalah satu Perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang ekspor impor. Sekaligus merupakan atasan baru kakakmu Nina. Panggil saja kak Deni.” Ujar Deni buru buru karena belum sempat memperkenalkan namanya sebari tadi karena ocehan Syfa wanita yang membuat mata Deni terus terpanah dengan goyangan pantatnya ketika berjalan tepat dibelakangnya.

“Oh… jadi boss baru kak Nina yah… wah kak Nina beruntung sekali yah memiliki boss yang baik hati serta tampan seperti kak Irrrrwaaan…” “Syfa juga mau bila nanti kerja memiliki boss setampan kakak Deni.” Ujar Syfa yang panjang lebar.

“Kak… sebentar yah, Syfa mau menyegarkan badan Syfa dulu. Bau nih, seharian kena terik matahari. Kak Deni kalau mau minum ambil saja sendiri, jangan malu malu anggap saja seperti rumah kakak sendiri.” Kata Syfa sambil memainkan matanya yang nakal ke arah tatapan Deni.

Gila sungguh mengiurkan tubuh Syfa adiknya Nina ini. Beruntung sekali bila ada pria yang akan menjadi kekasihnya kelak nanti. Tak kalah dengan kakaknya Nina.

Merasa haus… Deni berjalan mencari kulkas untuk mengambil sebotol minuman ringan menghapus dahaganya.

Sambil kembali duduk di sofa ruang tamu keluarga Nina. Deni kembali dikagetkan dengan kehadiran Syfa yang hanya mengenahkan gaun tidur putih tipis tiga jari dari lututnya, samar samar menampakkan seluruh lekukkan tubuhnya dibalik gaun yang seksi itu.

Begitu indah pemandangan yang sekarang Deni saksikan, sayang bila matanya harus mengedip meski hanya sekejap. Syfa mengunakan gaun putih dengan celana dalamnya hitam model G-String dipadu dengan Bra berwarna hitam segitiga yang hanya menutupi puting susunya saja.

Tak terasa naga yang bersembunyi didalam celana katun Deni kembali mengeliak dengan hebat hingga membentuk tonjolan yang cukup besar pada luar celananya.

“Loh kok malah bengong sih… apa ada yang salah yah dengan baju tidur yang Syfa pakai ini atau mungkin kakak kurang menyukainya.” Ujar Syfa setelah melihat tatapan Deni yang kaget melihatnya keluar dari dalam kamarnya yang masih dengan rambutnya yang masih basah karena mandi tadi.

“Tidak… tidak ada yang salah dan saya suka kok dengan gaun tidur kamu… hanya saja hhhmmmm…” jawab Deni dengan gugup karena tertangkap basah melihat kearah buah dadanya serta ke arah selangkangannya.

“Hanya saja… apa? Kok diam sih. Atau mungkin karena kakak kaget malihat Syfa mengenahkan gaun tidur dengan dalamanya yang terlihat jelas yah.” Sahut Syfa sambil mengoda Deni yang merasa malu karena melihatnya begitu seksi.

Dengan agak gugup Deni menjawab “Hanya saja kamu terlihat begitu sangat dewasa di bandingkan dengan saat kamu mengenakan kaos dan celana jeans.” Tutur Deni.

“Trus setelah itu…”

“Trus kamu juga sangat seksi sekali mengenahkan gaun tidur itu. Kakak sangat mengagumi keindahan tubuhmu.”

Tiba tiba deringan Handphone Syfa berbunyi. Ternyata yang menelon itu adalah kakaknya. Nina.

“Hallo… kenapa Kak Nina.” Sahut Syfa menjawab panggilan itu.

“Syfa. Mungkin kakak tidak bisa pulang malam ini karena paman ternyata sedang mengalami pendarahan, saat ini paman sedang dirawat intensif dirumah sakit RSCM, Salemba. Kak Deni masih disana tidak? Suruh saja ia menginap dirumah kita, karena hari semakin malam dan mustahil ada taksi yang berkeliaran jam segini. Kak Deni nanti persilahkan saja untuk tidur di kamar kakak saja.” Ujar Nina memberitahukan bahwa ia serta ibunya tak dapat pulang malam ini.

“Iya… kak Deni masih disini sedang ngobrol dengan Syfa.” Jawab Syfa kembali.

“Syfa ingat yah… kak Deni adalah milik kakak. Jadi jangan kamu sekali kali berbuat yang bukan bukan terhadapnya malam ini. Ingat pesan kakak yah.” Ancam Nina yang memfokuskan pembicaraannya untuk tidak mengusik kehadiran Deni malam ini disaat ia tak ada disana.

“Oke boss… bagi bagi dong kalau punya cowok setampan ini kak…” ejek Syfa kepada Nina di telphone.

“Awas kamu kalau macam macam yah…”

“Gimana… apakah Nina pulang malam ini…” Tanya Deni yang ingin tahu apakah Nina pulang malam ini.

“Kak Nina tidak dapat pulang malam ini, dan kakak diminta untuk menginap saja disini dan tidur di kamarnya nanti malam.” Ujar Syfa sambil meletakkan Handphonenya di atas meja tamu setelah mengakhiri pembicaraan itu.

“Kak kayaknya ada sesuatu yang menonjol tuh di balik celana kak Deni… kayaknya besar banget!” sambil menghampiri Deni yang duduk depannya dan duduk tepat disampingnya.

“Ah gak ini bisa lah… kalau liat wanita cantik bergaun tidur sexy serta transparan lagi… yah gini deh akibatnya. Gak bisa kompromi, minta jatah…” canda Deni menutup malunya karena adik kecilnya menonjol dibalik celananya.

“Kayaknya kalau diusap usap sama tangan Syfa mungkin bisa lebih besar lagi yah… ih jadi pengen nih liat itunya kak Deni.” Seru Syfa sambil memegang batang kemaluan Deni diluar celana panjangnya.

Karena merasa mendapatkan angin segar dari perbincangan yang mulai menjurus ke hubungan badan. Maka tak sungkan sungkan Deni mulai meraba halus paha Syfa yang putih mulus itu. Perlahan namun semakin berjalan menuju titik temu nikmatnya.

Antara bibir Deni dan Syfa saling berpangutan, mendesah, nafas yang memburu karena nafsu yang menjadi.

Tak kala desahan Syfa semakin menjadi saat tangan kekar Deni mulai menyusup di balik celana dalam G-string yang dikenakan Syfa.

Mengorek… mencari dimana gerangan daging lebih tersebut… setiap gesekan yang dilakukan Deni membuat Syfa mendesah bagaikan setan kepanasan dengan mulut yang engap engapan layaknya manusia yang kekurangan oksigen.

Merasa tak ingin disaingi kegesitannya. Syfa pun segera melancarkan serangannya. Membuka gesper yang melingkar pada pinggang Deni dan menurunkan retsleting celana serta langsung membuka seluruh kain yang membalut bagian bawah Deni.

Dengan posisi Syfa berjongkok di bawah. Syfa dengan bebasnya menikmati batang kemaluan Deni bertubi tubi, layaknya seorang anak kecil yang sedang menemukan mainan barunya. Tak henti hentinya Syfa mengulup kepala serta batang kemaluan Deni… naik turun keluar masuk mulutnya.

Terasa sekali ngilu kepala kemaluan Deni saat Syfa mengesikkan batang kemaluannya pada sisi gigi rahangnya, kanan kiri dan terus bergantian.

“Gila nih cewek… kayaknya Syfa lebih berpengalaman dibandingkan dengan kakaknya Nina… pintar sekali ia mempermainkan batang kemaluanku… sungguh nikmat sekali, meski terkadang rasa ngilu bertubi datang namun nikmatnya gak bisa di utarakan dengan kata kata.” Guyam Deni dalam hati sambil menikmati setiap jengkal batang kemaluaanya di hisap oleh Syfa.

Lalu tak ingin akan berakhir sampai disini… Deni menarik tubuh Syfa dan disuruhnya mengangkang tepat di atas mukanya.

Dengan gencar Deni menyapu vagina Syfa yang sama sama nikmatnya dengan Nina. Namun vagina Syfa seakan menebarkan bau yang sungguh membuat Deni semakin gencar dan lahap menjilati liang kewanitaannya hingga setiap cair yang keluar dari sela bibir kemaluannya yang montok itu, tak dibiarkan sia sia oleh Deni.

Dibukanya kedua belah bibir kemaluan Syfa dengan jari telunjuk Deni, kemudian dengan leluasa lidah Deni bermain… berputar putar… dan menekan nekan menerobos liang kewanitaan Syfa yang berwaran merah muda itu. sungguh rasa dan sensasi yang berbeda.

Merasa mereka berdua hampir sama sama akan sampai, maka di turunkan tubuh Syfa yang semula mengangkang di kepalanya dan berjongkok tepat di atas batang kemaluannya yang tegang menunjuk ke atas tepat dibawah bibir vagina Syfa berada.

Hanya dengan sedikit tekanan pada bibir vagina Syfa. Batang kemaluan Deni berhasil menerobosnya tanpa harus bersusah payah seperti vagina milik kakaknya Nina.

Sesaat ketika batang kemaluan Deni telah tertancap penuh didalam vagina Syfa.

“Uuuuhhh… kak. Mmmmhhh… nikmatnya punya kakak yang besar ini.”

“Sssshhhh…. mmmmhhh… pantas kak Nina takut tinggalin kak Deni sendiri di sini dengan Syfa. Ternyata kak Nina tergila gila dengan punya kak Deni yang sungguh perkasa ini…” ujar Syfa sambil mengoyangkan pinggulnya maju mundur… berputar putar merangsang batang kemaluan Deni yang mengaduk liang kewanitaannya.

kalau begini nikmatnya… Syfa mau selama 1 bulan nonstop dient*t setiap hari sama kak Deni yang ganteng dan perkasa ini.” Goda Syfa dengan bahasa yang mulai berbicara kotor. Layaknya pelacur yang haus akan sodokan sodokan kejantanan laki laki.

Kenyataannya ternyata Syfa sudah tak perawan lagi seperti kakaknya Nina saat pertama kali Deni menyetubuhinya siang tadi di dalam kantornya.

“Uuuhh… kak… uuuuhh… kak. Gendong Syfa kedalam. Please…” pinta Syfa sambil mencium puting susu Deni yang berbulu itu.

“Dengan senang hati sayang… kakak akan memberikan kepuasan yang kamu inginkan. Asal kamu tak memberitahukan kepada kakak mu Nina.” Sahut Irawan sambil berdiri dengan mengendong Syfa di pangkuannya tanpa melepaskan batang kemaluannya keluar dari dalam vagina Syfa.

Setiap gerakan langkah yang diambil oleh Deni mengendong Syfa menuju kamarnya. Desahan dan erangan Syfa semakin menjadi karena hentakan hentakan yang diakibatkan oleh sodokan yang mementok hingga rahim Syfa.

Namun sensasi yang begitu nikmatnya… begitu beringasnya Syfa kala bersenggama dengan Deni, tak sungkan sungkan Syfa mengigit pundak Deni hingga bertanda…

Hingga tiba pula didalam kamarnya… Deni merebahkan tubuh Syfa diatas ranjang springbednya dan menekukkan salah satu kaki jenjang mulus Syfa ke atas dan yang satunya tetap di bawah.

Dengan posisi ini batang kemaluan Deni dapat dengan leluasa menhujam keluar masuk vagina Syfa tanpa merasa terhalangi oleh bongkahan pantatnya yang bulat padat berisi itu.

“Plak… plak… plak…” suara yang muncul ketika hentakan yang di lakukan oleh Deni menyodok vagina Syfa bertubi tubi.

“Kak… truuus… beri Syfa kenikmatan seperti kakak berikan buat kak Nina…”

“Uuuhhh… kak. Nikmatnya. Uuuhhh….” erang Syfa yang mengila sambil mencakar punggung Deni.

Deni tak memperdulikan Syfa. Sekarang yang ada di pikirannya adalah mengalahkan Syfa di atas ranjang. Deni ingin merasa selalu perkasa diatas ranjang meski dengan wanita manapun, tentunya masuk kategori seleranya.

Seakan Deni tak memberi ruang istirahat untuk Syfa sesaat. Deni terus menyodok batang kemaluannya tak henti henti… hingga Syfa sendiri wanita yang haus akan seks ini merasa heran atas keperkasaan yang ada dalam diri Deni.

Dengan postur tubuh yang tegap kekar, tinggi, tampan, serta memiliki kedudukan yang tinggi disalah satu perusahaan swasta.

Akhirnya Syfa pun terkapar tak berdaya mengimbangi kekuatan seksual Deni yang hingga saat ini masih terpacu menyetubuhinya tanpa merasa lelah sedikitpun.

“Kak… Aaannita tidak tahan lagi… kak. Aaakkkhhh…. Syfa sampai….” Erang Syfa panjang yang menyatakan ia akan telah mencapai puncak kenikmatannya yang ke 3 semenjak pertama kali vaginanya di aduk aduk oleh tangan Deni yang kekar itu.

Tak memperdulikan keadaan Syfa yang telah lemas ditindih tubuhnya… Deni tetap terus menghantam vagina Syfa bertubu tubi… masuk keluar tak henti hentinya…

Namun tak lama kemudian Deni merasakan denyut denyut yang keras sekali pada pangkal kemaluannya. Lalu Deni pun mencabut batang kemaluannya dari dalam liang vagina Syfa dan sambil tetap mengocok kemaluaannya Deni membimbing batang kemaluaannya ke mulut Syfa dan memasukkan kemaluaannya hingga menumpahkan seluruh spermanya.

Tak sedikitpun sperma yang tersisa atau tertumpah keluar dari mulut Syfa. Karena Deni menyuruh Syfa untuk menikmati setiap tetes sperma yang keluar dari kemaluannya. Kalau tidak maka Deni tak’kan mengulanggi persetubuhan ini lagi kepada Syfa. Meski Deni sendiri memiliki kelebihan dalam hal seks yang lama dengan lawan jenisnya.

Tak terasa Deni melirik jam yang masih melekat di lengan tangannya. Hampir selama tiga jam persenggamahan mereka berlangsung. Kelelahan dan keletihan baru terasa setelah ia merebahkan tubuhnya di samping Syfa yang tergulai lemas tampa sehelai benangpun.

Posting Komentar untuk "Cerita Seks Ngentot Sekretaris Baru dan Adiknya yang Hot"